10 Jam ke Kerinci, HBA Datangi Guru Madrasah: Pengabdian Tak Mengenal Jarak

HBA gelar Ngobrol Pendidikan Islam bersama Guru Madrasah Sungai Penuh .(Doc. Dirgahayu.id)

DIRGAHAYU.ID ,Sungai Penuh — Bagi Drs. H. Hasan Basri Agus, MM (HBA), perjalanan panjang bukanlah alasan untuk berhenti mengabdi.

Selasa (14/10/2025), anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi Partai Golkar Dapil Jambi ini menempuh perjalanan darat sejauh 423,5 kilometer atau hampir 10 jam 40 menit menuju Kabupaten Kerinci. Tujuannya satu: mendengar langsung aspirasi para guru madrasah di wilayah paling barat Provinsi Jambi.

Dalam forum bertajuk “Ngopi (Ngobrol Pendidikan Islam): dengan tema “Membangun Etos Kerja Islami dan Profesional di Madrasah” yang digelar di Aula Grand Kerinci Hotel, Sungai Penuh, sebanyak 140 guru madrasah negeri dan swasta dari berbagai jenjang – RA, MI, MTs, hingga MA -berkumpul menyampaikan suara mereka.

Forum ini merupakan inisiatif HBA yang terlaksana melalui kerja sama Komisi VIII DPR RI dengan Kementerian Agama RI, dan pelaksanaannya dipercayakan kepada UIN Sultan Thaha Saifuddin (STS) Jambi) melalui Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi, Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd, dan menghadirkan Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Kerinci, H. Hardiman, S.Ag, MM, sebagai narasumber. Diskusi berlangsung hangat di bawah panduan Tenaga Ahli Utama DPR RI, Ir. H. Syahrasaddin, M.Si.

 

Aspirasi dari Lapangan: Dari Status Guru Hingga Sarana Madrasah

Suasana forum berubah menjadi dinamis ketika sesi tanya jawab dibuka oleh moderator ,Ir.H.Syahrasaddin ,M.Si Satu per satu guru menyampaikan keluh kesah yang mereka alami-mulai dari keinginan agar madrasah swasta dinegerikan, pengadaan lahan untuk sekolah, peningkatan kesejahteraan guru, hingga penyetaraan status guru RA dan madrasah swasta agar bisa diangkat sebagai PPPK.

Tak berhenti di situ, sejumlah guru juga menyoroti minimnya sarana dan prasarana pendidikan, kebutuhan buku paket, laptop ujian nasional, hingga renovasi bangunan madrasah. Beberapa juga meminta pelatihan kurikulum berbasis karakter Islami, pengurangan pajak PPG, serta jaminan keselamatan kerja bagi guru.

Menanggapi beragama aspirasi tersebut, HBA dan Fadillah memberikan jawaban yang lugas dan solutif.

HBA menegaskan pentingnya memperkuat kolaborasi antara DPR , Kementerian Agama, Perguruan Tinggi Islam dalam membangun ekosistem pendidikan Islam yang humanis, inklusif dan adaptif terhadap perubahan zaman.

HBA: Guru Madrasah Adalah Benteng Moral Bangsa

Menanggapi beragam aspirasi itu, HBA mengatakan bahwa dirinya tidak datang sekadar untuk berbicara, tetapi untuk mendengar dan menindaklanjuti.

“Forum seperti ini adalah ruang penting bagi kami untuk memahami langsung apa yang dialami para guru madrasah. Semua masukan akan kami teruskan-baik ke pemerintah daerah untuk urusan lokal, maupun ke Kementerian Agama untuk isu nasional,” kata HBA.

Ia juga menekankan perlunya sinergi antara DPR, Kemenag, dan perguruan tinggi Islam dalam memperkuat ekosistem pendidikan Islam di Indonesia.

“Kita ingin pendidikan Islam tidak hanya kuat secara akademik, tapi juga membentuk karakter. Madrasah harus menjadi benteng moral bangsa,” tegasnya.

 

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi, Dr. Fadlilah, turut mengapresiasi inisiatif HBA.

“Guru-guru sangat antusias. Mereka merasa didengarkan, dan banyak aspirasi yang langsung ditanggapi dengan solusi konkret. Ini forum yang produktif,’ ujarnya.

 

Seorang guru, Nopierma, menyampaikan rasa terima kasihnya.

“Acara ini luar biasa. Semua aspirasi kami didengar langsung oleh Pak HBA. Mudah-mudahan apa yang kami sampaikan bisa diwujudkan. Kami ingin kegiatan seperti ini rutin dilakukan,” ujarnya.

 

Dari Kerinci, HBA Titip Pesan: Pendidikan Islam Harus Berdaya

Forum “Ngopi Pendidikan Islam” di Sungai Penuh bukan sekadar ajang dialog, tetapi ruang temu antara aspirasi dan kebijakan. Di sana, HBA tidak hanya hadir sebagai legislator, melainkan sebagai pendengar yang tulus terhadap suara para pendidik di daerah.

Perjalanan jauh ini bukan soal jarak, tapi soal niat. Karena pengabdian itu harus dijemput, bukan ditunggu,” tutur HBA menutup pertemuan dengan senyum khasnya.

Melalui kegiatan semacam ini, HBA berharap lahir kebijakan yang lebih berpihak pada madrasah dan para guru. Karena, baginya, memperkuat pendidikan Islam berarti memperkuat masa depan bangsa.(Hi)

By Redaksi

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *