Oleh Dr. Fahmi Rasid
Pusdiklat LAM Prov. Jambi
Putra Asli Sarolangun
DIRGAHAYU.ID – Setiap daerah memiliki kisah panjang tentang bagaimana ia lahir, tumbuh, dan berjuang menuju kemajuan. Kabupaten Sarolangun bukan sekadar bagian dari peta administratif Provinsi Jambi, tetapi juga bagian dari denyut sejarah pembangunan daerah ini. Di tengah hiruk pikuk perkembangan zaman, hari ulang tahun Kabupaten Sarolangun bukan hanya momentum seremoni, tetapi saat yang tepat untuk menengok ke belakang dan menatap ke depan — menilai capaian, mengoreksi kekurangan, dan merancang langkah baru untuk masa depan yang lebih baik.
Dalam sejarah perjalanan Sarolangun, nama H. Hasan Basri Agus (HBA) tentu menjadi salah satu bab penting. Sosok yang pernah menakhodai daerah ini sebagai Bupati Sarolangun sebelum melanjutkan pengabdiannya sebagai Gubernur Jambi, telah meletakkan fondasi yang kokoh dalam banyak bidang, terutama infrastruktur dasar dan tata kelola pemerintahan. Di tangan beliau, Sarolangun pernah menampilkan wajah baru — dari kabupaten muda yang masih membangun diri menjadi daerah yang mulai percaya diri menatap masa depan.
Namun perjalanan pembangunan adalah estafet, bukan sprint. Apa yang telah dibangun para pendahulu harus terus dijaga, dilanjutkan, dan dikembangkan oleh generasi berikutnya. Tantangan Sarolangun hari ini tidak lagi sama seperti dua dekade lalu. Kini, tantangan terbesar adalah memperkuat konektivitas, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) aparatur, dan memperbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar roda pemerintahan dan pembangunan dapat berputar dengan daya dorong yang lebih kuat.
—
Infrastruktur: Fondasi Kesejahteraan yang Belum Tuntas
Tidak dapat dipungkiri, infrastruktur masih menjadi pekerjaan rumah utama Sarolangun. Jalan-jalan yang menghubungkan antar desa, kecamatan, hingga antar kabupaten masih banyak yang memerlukan perhatian serius. Sebab pembangunan bukan hanya tentang membangun gedung pemerintahan atau taman kota, tetapi tentang membuka akses dan memutus keterisolasian.
Di sinilah pentingnya pemetaan jalan secara komprehensif. Pemerintah daerah perlu menegaskan batas dan tanggung jawab:
Mana jalan nasional, yang menjadi kewenangan pemerintah pusat dan menghubungkan antar kabupaten/kota lintas provinsi.
Mana jalan provinsi, yang menjadi tulang punggung konektivitas antar kabupaten di Provinsi Jambi.
Mana jalan kabupaten, yang berfungsi menghubungkan kecamatan dan pusat-pusat ekonomi lokal.
Dan mana jalan desa, yang menjadi urat nadi pergerakan masyarakat di tingkat akar rumput.
Tanpa pemetaan yang jelas, perencanaan dan alokasi anggaran akan selalu kabur. Akibatnya, banyak jalan yang semestinya menjadi tanggung jawab provinsi atau pusat justru membebani APBD kabupaten, sementara jalan desa terbengkalai karena dana desa tersedot ke kegiatan lain.
Infrastruktur bukan hanya fisik, tapi juga sosial dan ekonomi. Ketika jalan dibangun dengan baik, akses pendidikan, layanan kesehatan, dan pergerakan hasil pertanian serta komoditas unggulan daerah menjadi lebih mudah. Di titik inilah, pembangunan infrastruktur harus dipandang sebagai investasi sosial yang berjangka panjang, bukan sekadar proyek tahunan.
—
ASN yang Kuat, Pemerintahan yang Bermartabat
Selain infrastruktur, kekuatan lain yang menentukan arah kemajuan suatu daerah adalah kualitas aparatur sipil negara (ASN). Tanpa ASN yang berintegritas, profesional, dan adaptif terhadap perubahan zaman, sebesar apa pun anggaran dan program pembangunan yang dirancang akan sulit menghasilkan dampak nyata.
Sarolangun hari ini membutuhkan ASN yang tidak hanya patuh pada aturan, tetapi juga punya visi dan semangat melayani. Mereka harus menjadi garda depan inovasi, bukan sekadar pelaksana rutinitas birokrasi. Oleh karena itu, penguatan kapasitas ASN mutlak dilakukan — baik melalui pelatihan teknis, manajerial, maupun pembinaan moral dan etika pelayanan publik.
Perlu ada keberanian untuk menata ulang pola kerja birokrasi agar lebih efisien dan responsif. Era digital menuntut kecepatan dan ketepatan layanan publik. Pemerintah daerah harus mendorong percepatan transformasi digital di semua sektor, dari pengelolaan data kependudukan hingga pelayanan perizinan, agar masyarakat benar-benar merasakan kehadiran negara dalam keseharian mereka.
Dan di atas semua itu, ASN harus menjadi wajah pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel. Integritas adalah modal utama seorang aparatur. Ia ibarat akar yang menahan pohon pembangunan agar tidak tumbang diterpa badai kepentingan jangka pendek.
—
PAD: Kemandirian yang Masih Harus Diperjuangkan
Tidak ada daerah yang bisa maju hanya dengan mengandalkan dana transfer dari pusat. Kemandirian fiskal adalah ukuran kedewasaan sebuah daerah. Dalam konteks ini, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sarolangun masih perlu terus diperkuat.
Sumber PAD harus diperluas, bukan hanya bertumpu pada pajak dan retribusi konvensional. Pemerintah daerah perlu kreatif menggali potensi ekonomi lokal yang selama ini belum tersentuh. Komoditas perkebunan, pertanian, dan hasil tambang harus dikelola dengan nilai tambah. Bukan sekadar bahan mentah yang keluar dari daerah, tetapi produk yang memberikan efek berganda bagi masyarakat setempat.
Selain itu, kemitraan antara pemerintah daerah dan dunia usaha harus diperkuat dalam kerangka yang sehat dan saling menguntungkan. Investasi yang masuk ke Sarolangun hendaknya tidak hanya dilihat dari sisi angka, tetapi juga dari sejauh mana ia membuka lapangan kerja, memberdayakan masyarakat lokal, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Di sisi lain, peningkatan PAD juga bergantung pada penataan tata kelola keuangan daerah yang disiplin dan transparan. Pendapatan daerah harus dikelola dengan prinsip kehati-hatian, sementara belanja publik diarahkan pada sektor yang benar-benar produktif. Setiap rupiah yang dikeluarkan pemerintah daerah harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.
—
Membangun dengan Kesadaran Kolektif
Ulang tahun Kabupaten Sarolangun bukan hanya milik pemerintah, tetapi milik seluruh rakyatnya. Membangun daerah bukan pekerjaan satu orang atau satu periode, melainkan hasil kerja panjang dan sinergi bersama. Pemerintah, swasta, tokoh masyarakat, akademisi, dan generasi muda harus bergandeng tangan dalam semangat kebersamaan.
Kini saatnya Sarolangun menatap masa depan dengan kesadaran baru — bahwa pembangunan tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Harus ada peta jalan (roadmap) pembangunan daerah yang jelas, terukur, dan berkesinambungan. Peta itu harus memuat prioritas yang realistis: perbaikan infrastruktur dasar, peningkatan kualitas layanan publik, penguatan SDM, dan percepatan ekonomi daerah yang inklusif.
Warisan kepemimpinan masa lalu, seperti yang telah ditorehkan oleh H. Hasan Basri Agus, memberi pelajaran bahwa kepemimpinan sejati adalah keberanian untuk membangun dari keterbatasan. Namun generasi hari ini memikul tanggung jawab yang lebih besar: menyempurnakan fondasi itu dengan ilmu, inovasi, dan kolaborasi.
—
Penutup: Dari Sarolangun untuk Jambi yang Lebih Maju
Di usia yang semakin matang, Sarolangun harus berani bermimpi lebih besar. Daerah ini memiliki potensi yang luar biasa — sumber daya alam yang melimpah, masyarakat yang tangguh, dan sejarah kepemimpinan yang inspiratif. Kini tinggal bagaimana semua potensi itu disatukan dalam gerak pembangunan yang terarah dan berkelanjutan.
Mari jadikan ulang tahun Sarolangun sebagai momentum refleksi dan kebangkitan. Momentum untuk memperkuat fondasi infrastruktur, menata birokrasi yang berintegritas, serta menggali potensi ekonomi lokal sebagai sumber kemandirian fiskal. Dengan semangat gotong royong dan kepemimpinan yang visioner, Sarolangun bukan hanya akan menjadi kabupaten yang berkembang, tetapi juga teladan bagi daerah lain dalam membangun dari warisan menuju masa depan.*